Antara Dendam dan Penyesalan ( Jus Alpukat )

Antara Dendam dan Penyesalan ( Jus Alpukat ) Bab 30

Bab 30 Ini adalah kenyataan yang harus dia dan Harvey hadapi.  Harvey berniat untuk menyerah sepenuhnya.  Namun, Selena juga membuat keputusan sendiri dan tersenyum lembut pada Chandra sambil berkata, “Maaf, tolong sampaikan pada Pak Harvey, saya menyesal.”  Chandra tidak bisa memahami kedua orang ini sama sekali. Awalnya, Harvey yang bertekad untuk bercerai, lalu Selena, dan sekarang setelah Harvey setuju, Selena menyesalinya.  Mereka ini bermain rumah–rumahan?  Memangnya mereka yang punya Kantor Catatan Sipil?  Alex pun mulai mengeluh, ekspresinya tidak berubah, dan berkata dengan tenang, “Maaf, Nyonya,  ini di luar wewenang saya. Saya tidak bisa mengambil keputusan, saya hanya meminta Nyonya  untuk ikut bersama saya.”  “Aku nggak akan menyulitkanmu, ayo pergi.” Sejak awal, Selena sudah memprediksi hal ini, dia  pun mengambil syal dan membalut dirinya dengan rapat sebelum mengikuti Alex keluar.  Setiap kali keduanya hendak bercerai, ada sesuatu yang terjadi secara tidak terduga, Kali ini berjalan sangat lancar, bahkan hujan angin beberapa hari yang lalu berhenti dan langit cerah.  Setelah hujan angin, suhunya tetap rendah, sementara sinar matahari yang cerah membuat air  menetes ke dahan.  Saat Selena tiba, Harvey sudah menunggunya di sana.  Tidak ada orang lain di ruang tunggu, hanya ada Harvey yang menyilangkan kaki, setengah matanya terpejam, jarinya mengusap pelipis, dan terlihat lelah.  Bahkan dari jarak dekat, bau alkohol di tubuhnya yang samar–samar masih bisa tercium.  Dulu dia bukan pemabuk, tetapi sekarang dia minum setiap malam.  Harvey sangat lelah, tetapi tidak bisa tidur.  Tiba–tiba, dua tangan kecil memegang pelipisnya dengan cara yang familier dan aroma krim tangan yang dikenalinya.  Dia pun membuka matanya dan berkata dengan sungguh–sungguh, “Sudah datang?” “Hmm.”  Keduanya tidak melanjutkan pembicaraan, dan waktu seolah kembali ke masa lalu. Saat Harvey  1/2  +15 BONUS  lelah, Selena akan memijitnya dengan lembut.  Setelah dipijit sebentar, tangannya terasa pegal. Kemoterapi membuat fungsi tubuhnya tidak  sebagus dulu, dia benar–benar tidak bisa mengangkat tangannya lagi.  Harvey mengeluarkan dokumen, lalu memberikannya pada Selena dan berkata, “Aku sudah  menulis ulang perjanjian perceraian. Kalau kamu nggak tidak keberatan, tanda tangani saja.”  Selena melihatnya sekilas, dan di perjanjian perceraian yang dulu dia buat hanya ada satu yang  tertulis, yaitu dia menginginkan kompensasi sebesar 20 miliar rupiah.  Perjanjian perceraian ini jauh lebih beragam, tidak hanya jumlahnya yang mencapai […]

Loading

Antara Dendam dan Penyesalan ( Jus Alpukat ) Bab 30 Read More »

Antara Dendam dan Penyesalan ( Jus Alpukat ) Bab 29

Bab 29 Air mata mengalir di pipi Selena, dia tahu bahwa dirinya dan Harvey tidak akan pernah bisa kembali seperti dulu.  Harvey telah mengkhianati dirinya dan merusak keluarga Bennett, sementara keluarga Bennett juga berhutang nyawa adik perempuannya.  Kisah–kisah itu pada dasarnya memang tidak jelas, seperti dua benang kusut yang saling terkait, keterikatannya membuat sesak dan akhirnya berujung pada kematian.  Harvey memegangi pipi Selena, mengusap air mata di wajah Selena dengan ibu jarinya dan  berkata, “Seli, jangan cintai aku, bencilah aku. Aku sudah mengkhianatimu dan sudah membuat anak kita tiada, aku nggak bisa kembali lagi.”  Selena merasakan goncangan di hatinya, kelembutan Harvey yang langka itu membuatnya berseri  -seri.  Namun, tak lama kemudian kegembiaraannya musnah.  Harvey meninggalkan ruangan yang berantakan, dan meninggalkan Selena.  Selena tahu, ini adalah waktunya untuk berpisah.  Tidak ada sama sekali jalan keluar di antara mereka.  Saat Selena keluar dari ruangan itu, tidak ada sosok Benita di dalam kamar. Benita yang baik hati menganggap pertengkaran mereka adalah suatu masalah yang kecil, sehingga selalu berusaha  mendamaikan keduanya.  Bagi Benita, Selena adalah satu–satunya Nyonya Irwin, tetapi dia tidak tahu bahwa Selena telah  membuat kesalahan besar.  Selena mencibir dirinya sendiri. Dulu Benita selalu menemaninya sehingga Selena tidak merasa kesepian di rumah sebesar itu. Namun setelah Benita pergi, Selena baru menyadari bahwa rumah dan kehidupannya sama–sama membosankan.  Di luar sudah gelap, tetapi di dapur masih ada sup yang dimasak oleh Benita, jadi Selena menuang sedikit untuk dirinya sendiri.  Uap yang naik membuat wajahnya semakin kabur.  Dengan ekspresi tenang, Selena memakannya perlahan.  Dia menemukan solusi untuk memecahkan permainan yang melelahkan secara fisik maupun  mental ini.  “Harvey, aku akan membayar hutang Ayahku padamu,” batin Selena.  Selena memutuskan untuk tidak menjalani kemoterapi, melainkan menikmati sisa hidupnya.  Melihat penderitaan dan konflik Harvey, Selena berpikir selama dirinya meninggal, Harvey akan sepenuhnya terbebas dari konflik dan kebencian.  Ternyata di jalan buntu ini hanya kematiannyalah yang diperlukan, jadi mulai sekarang Harvey akan memiliki kehidupan yang lebih baik.  Harvey akan memiliki pasangan dan anak yang selalu dia dambakannya.  Dia masih menjadi legenda yang tidak bisa dijangkau di Kota Arama.  Tanpa dirinya, semuanya akan baik–baik saja.  Sungguh indah.  Setelah mengetahui semuanya, Selena tiba–tiba merasa terbebas.  Malam ini, Harvey tidak kembali dan rumahnya menjadi sunyi senyap.  Selena yang tinggal di dalam kamar selama beberapa hari, bangun pagi untuk pertama kalinya.  Istirahat selama beberapa hari membuatnya semakin bugar, dan Benita sangat berperan dalam pemulihannya hingga membuat wajahnya menjadi tampak lebih cerah.  Kemungkinan ini adalah efek dari obat kemoterapi, perutnya tidak terasa sakit selama beberapa  hari terakhir.  Setelah Selena berganti pakaian yang sopan dan hendak membuka pintu, Chandra berdiri di luar pintu dengan wajah serius.  “Nyonya,” sapa Chandra dengan hormat.  Selena pun menunjukkan senyuman yang lama tidak terlihat, “Selamat pagi,” jawabnya. 

Loading

Antara Dendam dan Penyesalan ( Jus Alpukat ) Bab 29 Read More »

Antara Dendam dan Penyesalan ( Jus Alpukat ) Bab 28

Bab 28 Kezia dan Arya sama pentingnya bagi Harvey dan Selena.  “Aku akui bahwa mungkin dia adalah ayah yang baik, tapi dia jelas bukan orang baik. Di balik penampilannya yang munafik itu, ada hati iblis yang tersembunyi. Seli, karena semuanya sudah begini, aku nggak akan menyembunyikannya lagi darimu.”  Harvey berlutut dengan satu kaki, memegang pipi Selena dengan kedua tangannya, dan senyuman pucat terlihat di wajahnya.  “Dulu, aku menganggapmu sebagai hidupku dan sangat mencintaimu hingga terobsesi, tapi karena kamu adalah satu–satunya putri Arya, cintaku padamu sekarang berubah menjadi kebencian.” @  Meskipun Harvey tersenyum, Selena merasakan suasana yang mencekam.  “Hari itu, saat aku dan Agatha jatuh ke air, apakah kamu sengaja menyelamatkannya terlebih dahulu? Apakah kamu ingin balas dendam?”  “Ya, aku ingin balas dendam.”  Sembari meraih kerah baju Harvey dengan kedua tangan, air mata jatuh di pipi Selena, “Apakah kamu gila? Dia itu anak kita! Dia belum melihat dunia ini, apa salahnya? Dia nggak bersalah!”  “Lalu apa kesalahan adikku? Bukankah anaknya juga nggak bersalah?” ucap Harvey sambil  memiringkan kepala dan tersenyum licik.  Selena menatap Harvey yang menjadi suram. Topik ini tidak akan ada ujungnya.  “Harvey, aku memahami rasa sakit karena kehilangan adikmu …  ”  “Kamu nggak mengerti! Di dunia ini, siapa yang benar–benar bisa merasakan apa yang aku rasakan? Adikku lahir prematur, dari kecil tubuhnya sudah lemah dan memiliki penyakit jantung. Dia itu harta berharga keluarga kami, tapi kematiannya begitu tragis! Gadis kecil yang sangat menyukai kecantikan sepertinya, bahkan akan merasa sedih untuk waktu yang lama jika aku menginjak jepit rambutnya, tetapi pada akhirnya dia meninggal dengan cara yang nggak pantas,” ujar Harvey dengan tegas dan ekspresinya tiba–tiba berubah.  Harvey perlahan mengulurkan tangannya dan membelai pipi Selena dengan lembut, “Kamu nggak akan pernah tahu bagaimana perasaanku saat mengidentifikasi mayatnya, dan keputusasaan yang aku rasakan saat aku membuka kain putih itu. Lebih baik aku nggak bertemu dengannya daripada dia meninggalkan dunia ini untuk selamanya,” jelasnya.  Selena tidak bisa berkata–kata, bahkan meminta maaf pun akan terdengar seperti sebuah penghinaan bagi almarhum.  Dia juga mengerti mengapa Harvey begitu emosional selama itu dan mengapa Harvey menatapnya dengan tatapan seperti itu.  Untuk membuktikan bahwa itu bukan Arya, dia pasti melakukan banyak upaya. 

Loading

Antara Dendam dan Penyesalan ( Jus Alpukat ) Bab 28 Read More »

Antara Dendam dan Penyesalan ( Jus Alpukat ) Bab 27

Bab 27 Dalam ingatan Selena, Ayahnya penuh kasih sayang dalam keluarga dan baik hati saat di luar. Selain mendukung pelajar, dia juga sering menyumbangkan uang untuk amal. Semua laporan menunjukkan bahwa Ayahnya adalah pria yang adil, rendah hati, dan bahkan sempurna Saat Selena berlutut untuk mengambil dokumen yang berserakan di lantai, wajahnya menjadi semakin dingin

Loading

Antara Dendam dan Penyesalan ( Jus Alpukat ) Bab 27 Read More »

Antara Dendam dan Penyesalan ( Jus Alpukat ) Bab 26

Bab 26 Selena terdiam, emosinya sangat bergejolak, seperti saat Harvey sangat menyayanginya dulu, tetapi sekarang menjadi sangat kejam. Selena tidak bisa mengatakan bahwa Harvey telah berubah, hanya saja sisi lainnya ini baru dilihatnya sekarang.  Sekarang Harvey seperti ini, ada kemungkinan Arya juga demikian.  “Apa pun yang terjadi, dia nggak mungkin… membunuh,” bantah Selena dengan suara yang  sangat pelan.  Jari Harvey pun perlahan membelai pipi Selena, “Seli, kamu polos sekali, apa kamu pikir aku nggak akan pernah meninggalkanmu?” ucapnya.  Suara yang begitu akrab dan hangat membuat Selena tampak seolah–olah Harvey masih menjadi  kekasih yang lembut di sampingnya seperti dulu, tapi tatapannya tidak memiliki kelembutan  sama sekali.  Pikiran Selena terguncang, ya, dia benar–benar berpikir bahwa Harvey tidak akan pernah berubah,  sampai dia melihat di berita bahwa Harvey membantu Agatha di bandara, dan kenyataan  menampar wajahnya dengan sangat keras. 1  “Bukannya kamu selalu ingin mengetahui kebenarannya? Hari ini aku akan memberitahumu bahwa Arya nggak mau mempertahankan anak itu, apalagi memberikan sebuah keluarga kepada Lanny. Tiga bulan pertama adalah waktu yang terbaik untuk melakukan aborsi. Hari itu, mereka bertengkar lagi, dan dia nggak sengaja membunuh Lanny, jadi dia menenggelamkannya di laut,”  lanjut Harvey. (1)  Sembari mencubit dagu Selena begitu keras, Harvey berkata dengan tatapan kosong, “Dia satu- satunya adik perempuanku yang selalu aku cintai sejak kecil, kalau dia nggak diculik oleh pedagang manusia, dia nggak akan berakhir seperti ini. Tahukah kamu betapa tragis  kematiannya?”  “Kalau saat itu kita nggak meninggalkan DNA di informasi basis data, aku nggak akan bisa melihat mayatnya, termasuk bayi yang sudah terbentuk di dalam perutnya. Dia baru umur berapa? Kenapa dia harus mengalami kejadian seperti ini?” Selena melepaskan diri dari genggaman Harvey, takut Harvey kehilangan akal sehatnya dan akan  membunuhnya juga.  Sementara Harvey tenggelam dalam dunianya sendiri, “Selama bertahun–tahun, aku sudah berulang kali membayangkan untuk bertemu dengannya lagi, tapi aku nggak pernah menyangka pertemuanku dengannya menjadi pertemuan yang menyedihkan seperti itu. Seli, apa kamu pernah melihat mayat yang terendam di dalam air laut selama setengah bulan?” +15 BONUS  Tatapan kosongnya penuh dengan kesedihan. Mendengar dari seorang nenek, Selena mengetahui betapa sayangnya Harvey terhadap adiknya itu, dan selama ini Harvey tidak pernah menyerah.  untuk mencarinya.  Pertemuannya kembali terjadi di kamar mayat, Selena bisa memahami perasaannya.  Harvey memiliki orang–orang yang dia sayangi, dan Selena juga memiliki orang–orang yang harus  dia lindungi.  “Kalau kamu menemukan adikmu setelah sudah menjadi mayat, bagaimana kamu bisa yakin  bahwa pembunuhnya adalah Ayahku?” (1  Tatapan Harvey tiba–tiba berubah, dia mengesampingkan kesedihannya dan

Loading

Antara Dendam dan Penyesalan ( Jus Alpukat ) Bab 26 Read More »

Antara Dendam dan Penyesalan ( Jus Alpukat ) Bab 25

Bab 25 Selena bergeming melihatnya, dan suara Harvey yang tiba-tiba membuatnya ketakutan dan langsung terduduk di lantai, sementara dokumen di tangannya ikut berserakan di lantai. Harvey biasanya pulang larut malam, kenapa hari ini dia pulang begitu cepat? Meski keduanya masih suami-istri, namun tindakan Selena sangat tidak pantas, apalagi dia tahu bahwa Harvey paling membenci orang

Loading

Antara Dendam dan Penyesalan ( Jus Alpukat ) Bab 25 Read More »

Antara Dendam dan Penyesalan ( Jus Alpukat ) Bab 24

Bab 24 Selena semakin tidak bisa memahami pria ini, perubahannya sangat drastis.  Dulunya Harvey yang ingin bercerai, namun sekarang sikapnya pula yang berubah saat  menyinggung masalah perceraian. Mungkinkah dia takut menunjukkan ketidaknormalannya dan mengalami menopause dini?  Setelah Harvey selesai mandi dan pergi, Selena masih berbaring di tempat tidur  membelakanginya.  Tanpa perkataan perpisahan yang manis seperti dulu, hanya terdengar suara pintu yang ditutup.  dengan dingin.  Beberapa hari terakhir ini, Selena menyadari bahwa tubuhnya terlalu lemah untuk melakukan apa pun, jadi dia tidak banyak melawan.  Yang tidak berubah dalam pernikahan ini hanyalah antusias Benita yang menyiapkan makanan  lezat untuknya setiap hari dengan penuh perhatian.  “Nyonya, hari ini saya membuat sup kurma merah dan ginseng untuk meningkatkan stamina dan  darah, makanlah yang banyak.”  Selena pun tersenyum lembut dan berkata, “Benita, tolong buatkan aku lebih banyak sup ikan.”  “Baik.” Saat melihat cuaca di luar, Benita berkata, “Halaman sudah dipenuhi dengan daun–daun yang berguguran. Nyonya, apakah Anda mau mengumpulkan ranting–ranting di luar? Saya ingat, dulu Anda suka mengajak Tuan Muda untuk mengumpulkan ranting–ranting.”  “Nggak, aku mau tidur sebentar.”  Benita pun membukakan pintu untuknya dan merasa aneh, karena dulu Selena tidak suka makan ikan dan cukup ceria, tetapi akhir–akhir ini dia terlihat kuyu, bahkan jarang sekali keluar dari  kamar tidurnya.  Benita hanya mengira Selena sedang marah pada Harvey, jadi dia tidak terlalu memikirkannya.  Setelah berbaring selama beberapa hari, tubuh Selena perlahan membaik. Setiap harinya, dia akan mengonsumsi banyak protein dan bahan makanan penambah darah agar sel darah putih dan sel darah merahnya seimbang.  Setiap hari, Harvey selalu tidur di rumah, tetapi keduanya tidak berkomunikasi sama sekali, bahkan di malam hari mereka tidur saling membelakangi.  Selena tidak bisa membaca pikiran Harvey. Hari ini, kondisi tubuhnya sudah jauh lebih baik  1/3  +15 BONUS dibandingkan beberapa hari yang lalu. Saat melihat ke langit dan mengetahui bahwa hari masih pagi, Harvey mungkin belum pulang.  Selena pun keluar dari kamar tidur untuk pertama kalinya dan masuk ke ruang kerja Harvey. Saat sedang memasukkan kata sandi, tiba–tiba terdengar suara Benita di belakangnya, “Nyonya,” ucapnya.  Selena terkejut. Beberapa hari terakhir ini, Benita sering meminjamkan ponselnya sebentar

Loading

Antara Dendam dan Penyesalan ( Jus Alpukat ) Bab 24 Read More »

Antara Dendam dan Penyesalan ( Jus Alpukat ) Bab 23

Bab 23 Pintu kamar mandi yang dibuka dengan keras membuat Selena yang baru saja selesai mengambil rambut–rambutnya, kaget, dan menatap Harvey dengan gelisah, “Kamu …”  Sebelum selesai berbicara, dia melihat Harvey bertelanjang dada, tubuh berotot pria itu muncul  secara tiba–tiba di depan matanya.  Meskipun sudah memiliki anak dengan Harvey, pemandangan yang tidak terlihat selama lebih dari setahun ini membuat Selena merasa agak tidak nyaman, dan dia segera mengalihkan  pandangannya.  Bayangan pria itu menutupi wajahnya, dan baunya yang khasnya membawa kehangatan. Tanpa sadar, Selena membungkuk dan menatapnya dengan tajam sambil bertanya, “Kamu mau apa?”  Harvey perlahan membungkuk, tatapan matanya yang mendalam tertuju pada pipi pucatnya,  Dulu, kamu bilang kamu sakit, kamu sakit apa?” tanyanya.  Perasaan Selena menjadi sangat rumit saat menatap mata yang penuh dengan pertanyaan.  Tanpa adanya cibiran, penghinaan atau ketidakpedulian di matanya, Harvey memang benar–benar  bertanya tentang kondisinya.  Saat ini, perasaan Selena sedang rumit, namun tiba–tiba muncul ide jika sekarang dia memberi tahu Harvey, apakah Harvey akan merasa sedikit bersalah atas apa yang telah dia lakukan dulu?  Melihat keraguan Selena, Harvey membungkuk lebih rendah, dan jarak antara keduanya menjadi begitu dekat sehingga tatapannya seolah mampu menembus segalanya.  “Ha? Katakan,” desaknya.  Selena panik dan menjadi sangat gugup, dia menjilat–jilat bibirnya dan berkata, “Aku …  Ponsel Harvey berdering dengan nada dering khusus milik Agatha, yang juga menjadi roh jahat  Selena selama lebih dari setahun.  Dulu saat keduanya bersama, begitu mendengar nada dering ini, tidak peduli apa yang sedang dilakukan Harvey, dia akan mementingkan Agatha dan bergegas menghampirinya.  Hingga sekarang, mendengar nada dering ini membuat Selena gugup dan tidak nyaman.  Hari ini, nada dering ini seperti seember air dingin yang disiramkan ke tubuhnya, membuatnya  merasa kedinginan dari ujung kepala sampai ujung kaki.  Dia memang pantas mendapatkannya setelah disakiti berkali–kali dan masih belum bisa belajar  bersikap.  Setelah Harvey mengakhiri panggilan dan menatap Selena lagi, tatapan Selena sudah berubah,  1/2  keraguannya perlahan lenyap, dan hanya menyisakan ketenangan.  +15 BONUS  “Nggak apa–apa, aku cuma nggak enak badan dan dirawat di rumah sakit selama beberapa hari,” ujar Selena lagi.  Memikirkan tentang bunga yang layu di kamar pengantin, Harvey berpikir bahwa Selena tidak pulang karena sedang sakit selama beberapa hari itu.  Sejak panggilan telepon itu, mereka sudah tidak saling menghubungi selama tiga bulan. Saat Selena dirawat di rumah sakit pun, Harvey tidak tahu apa–apa tentang hal itu.  Hatinya masih tak terkendali, terasa sedikit sakit, tetapi juga ada sedikit rasa bersalah. 

Loading

Antara Dendam dan Penyesalan ( Jus Alpukat ) Bab 23 Read More »

Antara Dendam dan Penyesalan ( Jus Alpukat ) Bab 22

Bab 22  Kenapa jadi seperti ini? Selena ingin sekali kembali ke dua tahun lalu, ke masa yang penuh keceriaan.  “Aku di sini, aku di sini,” jawab Harvey dengan sangat sabar.  Selena tahu bahwa kelembutan Harvey saat ini hanyalah sesaat, dan seharusnya dia menjauhi Harvey, hanya saja dia tidak tahan dengan sedikit kehangatan itu.  Harvey, betapa menyenangkannya jika kamu tetap menjadi kamu?  Saat fajar, Harvey bangun dan merasakan ada seseorang dalam pelukannya sebelum dia  membuka matanya.  Mengingat banyaknya botol alkohol yang diminumnya semalam, dia memiliki toleransi yang tinggi terhadap alkohol dan dapat mengontrol dirinya dengan cukup baik, sehingga tidak mungkin kesadarannya hilang setelah minum.  Kepalanya yang terasa sangat pusing dan kejadian semalam yang tidak dapat diingat  membuatnya merasa cemas hingga dia tidak berani membuka mata.  Setelah menyiapkan mentalnya, dia membuka matanya dan merasa lega saat melihat wanita yang berada di pelukannya adalah Selena.  Namun segera setelah itu, dia menyadari posisi keduanya saat ini, dan ingin segera menyingkirkan tubuh wanita itu.  Tepat saat hendak menarik lengannya, tatapannya tiba–tiba tertuju pada wajah Selena dan gerakannya terhenti.  Sudah berapa lama dia tidak memandangnya dengan tenang seperti ini? Mengingat kembali pertemuan keduanya akhir–akhir ini, kapan situasinya tidak tegang?  Tanpa adanya riasan, kulit putihnya sangat sulit untuk disembunyikan.  Meskipun dulunya Selena sangat putih, bukankah sekarang ini terlalu putih? Bahkan bisa dikatakan pucat.  Di wajah kecil yang halus itu tidak ada kemerahan, sangatlah putih.  Selena tidur bersandar di lengannya, namun kali ini tidak memeluk tangan dan kaki seperti dulu, dan dia malah meringkuk seperti udang.  Senyuman pahit yang terlihat di wajah Harvey menandakan bahwa Selena sudah tidak lagi  +15 BONUS percaya padanya.  Memikirkan hal ini, Harvey merasa kesal dan menarik lengannya dengan kasar.  Selena pun langsung terbangun dan terlihat sangat kebingungan saat membuka matanya.  Polos dan indah.  Saat tatapannya terfokus pada wajah tampan Harvey, ekspresinya tiba–tiba berubah, dan hal  pertama yang dia katakan adalah, “Kamu mabuk dan memaksaku untuk nggak melepaskan kamu.  Pemandangan indah keduanya yang tidur saling berpelukan tiba–tiba menghilang.  Dengan wajah muram dan suara yang masih agak serak karena baru bangun tidur, Harvey berkata, “Aku tahu… kalau aku setengah sadar, aku juga nggak akan mau memelukmu.”  Untuk menutupi rasa malunya, Harvey mengambil pakaian dan masuk ke kamar mandi,  sementara Selena buru–buru mengambil rambut–rambut yang berserakan di tempat tidur setelah 

Loading

Antara Dendam dan Penyesalan ( Jus Alpukat ) Bab 22 Read More »

Antara Dendam dan Penyesalan ( Jus Alpukat ) Bab 21

Rab 21  Sebuah panggilan yang sudah lama tidak terdengar ini membuat Selena terdiam hingga lupa bereaksi  Entah berapa banyak alkohol yang diminum Harvey hingga menjadi sangat mabuk, seolah tidak terjadi apa–apa di antara keduanya, Harvey kebiasaan memeluk Selena.  Saat dipeluk, Selena merasakan pelukan hangat dan familier yang berdampak besar baginya.  Dia berusaha tetap sadar dan mencoba mendorongnya, tetapi Harvey malah mengambil tangannya dan menciumnya.  Bibirnya yang hangat menyentuh punggung tangannya dengan lembut, dan dia bergumam, ”  Sayang, kamu dari mana saja? Aku sudah lama mencarimu.”  Karena tidak bisa menahannya, air mata Selena pun mengalir sangat deras.  Sambil menahan kesedihannya, dia berkata, “Bukankah kamu sendiri yang mengusirku?” *Asal bicara saja.” Harvey memeluknya lebih erat dan memberikan ciuman berbau alkohol di  belakang telinganya, “Orang yang paling aku cintai dalam hidupku adalah kamu, bagaimana  mungkin aku rela mengusirmu?” jelasnya.  Selena pun mendorongnya dan bertanya, “Harvey, lihat baik–baik siapa aku!”  Lampu di dalam kamar tidak dinyalakan dan gorden tidak ditarik. Dengan cahaya redup dari  halaman yang menyinari wajah Selena, Harvey melihat matanya berkaca–kaca.  “Sayang, kamu mengantuk?”  Harvey membungkuk, perlahan mencium air matanya dan berbisik, “Seli, jangan menangis, aku  akan menghajar siapa pun yang mengganggumu!”  Perkataan yang kekanak–kanakan membuat air mata Selena mengalir semakin deras. Dia tidak tahu berapa banyak alkohol yang diminum Harvey sampai bisa mabuk seperti ini?  Sedikit pun kesadaran yang dimiliki Harvey, dia pasti tidak akan lupa dengan dendamnya, apalagi  berbicara kekanak–kanakan dengan Selena.  Selena menyandarkan kepalanya ke dalam pelukannya, terisak, dan bertanya dengan suara gemetar, “Harvey, kalau aku mati, apa yang akan kamu lakukan?” “Kamu asal bicara lagi, mana mungkin kamu mati?” “Semua orang pasti akan mati. Nggak ada yang bisa menghindar dari kelahiran, usia tua, penyakit, dan kematian.” 1/2  “Kalau begitu aku akan mati bersamamu.”  +15 BONUS  Sambil menarik pakaian Harvey, Selena tersenyum tak berdaya, “Kamu yang asal bicara. Mungkin kamu akan menyalakan kembang api dan menikahi orang lain begitu aku matí,” ujarnya.  Mendengar hal itu, Harvey merasa tidak senang dan segera berdiri, meraih tangan Selena,  kemudian meletakkannya di dadanya. Dengan telanjang dada, tangan Selena menempel pada kulit kencang dan tubuh Harvey yang berotot.  “Dug dug dug.”  Jantungnya berdebar sangat kencang. 

Loading

Antara Dendam dan Penyesalan ( Jus Alpukat ) Bab 21 Read More »

Scroll to Top